STUDI
KASUS
LAPORAN
Untuk memenuhi tugas matakuliah Perkembangan
Peserta Didik
yang dibina oleh Ibu Elia
Flurentin
Oleh:
Galuh Ginanjar Astuti
NIM 120141411495

UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Desember 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Kehidupan yang dijalani
seorang manusia tidak selalu lancar. Dalam perjalanannya seringkali ada
hambatan-hambatan berupa masalah kehidupan baik yang mudah maupun yang sulit.
Tingkat kesulitan masalah yang dihadapi manusia tentu berbeda bagi setiap
individu, karena pada dasarnya manusia memang diciptakan unik. Perbedaan itu
meliputi jenisnya, kadarnya maupun lama atau tidaknya masalah dialami oleh
setiap individu.
Ada masalah tentunya ada cara untuk menyelesaikannya. Penyelesaian
masalah bagi tiap individu pun tidak selalu sama antara yang satu dengan yang
lain. Adakalanya, penyelesaian masalah itu bisa dilakukan sendirian, namun
adakalanya pula penyelesaian masalah itu harus menggunakan bantuan orang atau
pihak lain.
Apalagi jika masalah yang dihadapi bukanlah masalah tunggal,
melainkan masalah-masalah yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Untuk masalah dengan kriteria ‘berat’, artinya masalah tersebut cukup kompleks,
perlu dilakukan langkah-langkah khusus untuk penyelesaiannya. Sehubungan dengan
hal tersebut, pendidik memiliki trik khusus untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah seperti
tersebut di atas, yaitu dengan menggunakan metode studi kasus.
Menurut Winkel (1981), studi kasus adalah metode untuk mempelajari
keadaan dan perkembangan peserta
didik secara lebih mendalam dengan tujuan
terpecahkannya masalah peserta didik. Studi kasus merupakan metode mengumpulkan data peserta didik secara
menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh berarti data peserta didik yang
dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu dari mulai keluarga,
lingkungan sekitar rumah, sekolah dan
sebagainya. Terpadu berarti menggunakan berbagai pendekatan dan instrumen dalam
mengumpulkan data peserta didik baik secara tes maupun non tes. Adapun tujuan dari studi kasus adalah:
1.
Mengenal
keadaan pribadi individu dengan segala keunikannya.
2.
Mengadakan
interpretasi dan diagnosis tingkah laku individu sesuai dengan kasusnya.
3.
Membantu
menentukan masalah yang dihadapi individu.
4.
Memperoleh
gambaran tentang diri peserta didik secara menyeluruh.
Selain dari beberapa tujuan di atas, terdapat tujuan lain, yaitu membantu
pendidik dalam melaksanakan tugas, dan dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi peserta didik. Disamping tujuan ada alasan diadakannya studi kasus, adalah:
1. Mendorong sekolah untuk mengadakan evaluasi.
2. Dapat menyumbangkan penyelidikan latar belakang
individu.
3. Menekankan pendekatan yang teliti dalam memahami
individu.
4. Berguna untuk memecahkan masalah yang sulit dan
kompleks.
B. Konfidensialitas
Semua data yang berkaitan dengan peserta didik dijamin
kerahasiaannya. Sehingga studi kasus ini bersifat rahasia. Sesuai dengan kode
etik konselor bahwa dilarang membuka data peserta didik ( konseli ) untuk umum. Dengan
demikian, seorang pendidik dituntut untuk menjaga rahasia klien. Hal
ini sesuai dengan kode etik jabatan konselor Bab III hal penyimpangan dan
penggunaan informasi yaitu butir 1.1 dan 1.4 yang berbunyi:
1.1 “Catatan tentang diri konseli yang
meliputi data hasil wawancara tentang surat-menyurat, perekaman data lain,
semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan
untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor, asalkan identitas peserta didik dirahasiakan”.
1.2 “ Adalah kewajiban konselor untuk memegang
rahasia konseli, kewajiban ini tetap berlaku walaupun dia
tidak lagi menangani konseli atau tidak lagi berdinas sebagai konselor”.
Berdasarkan
pernyataan di atas maka identitas peserta
didik dalam studi kasus ini dirahasiakan dengan
menggunakan nama samaran (fiktif). Dengan demikian, apabila laporan studi kasus
ini dibaca oleh pihak lain, maka kerahasiaan peserta didik akan tetap terjaga.
C. Identitas Kasus
a.
Proses menemukan kasus
Peserta didik merupakan
siswa kelas XII IPS
di SMA Katolik. Pemilihan kasus ini didasarkan pada hasil wawancara
kepada salah seorang teman peserta didik di SMA Katolik yang
menyatakan bahwa peserta didik ini sering
membolos, dan
mengikuti balapan liar. Penulis selanjutnya tertarik
untuk menjadikan bahasan tersebut sebagai studi kasus.
b.
Identitas Peserta Didik
a.
Data pribadi
Nama :
Stevany
(disamarkan)
Nama panggilan :
Vany
(disamarkan)
Jenis kelamin :
Perempuan
Tempat Tanggal Lahir :
Tulungagung, 1 Mei 1995 (disamarkan)
Agama : Katolik
Suku
bangsa : Indonesia
Kewarganegaraan : Indonesia
Anak
ke- :
3 dari 3 bersaudara
Bahasa sehari-hari :
Jawa, indonesia dan mandarin
Hobby : Memodifikasi motor
Alamat :
Kampungdalem (disamarkan)
Sekolah : SMA Katolik
b.
Keadaan jasmani
Tinggi
badan : 160 cm
Berat
badan : 45 kg
Warna
kulit : Kuning Langsat
Warna
rambut : Hitam
Bentuk wajah :
Oval
c. Keadaan
kesehatan
Penglihatan : Normal
Pendengaran : Normal
Pembicaraan : Normal
d. Keadaan keluarga
1). Ayah
Nama : Ahong (disamarkan)
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat : Kampungdalem (disamarkan)
Pendidikan : S2
2). Ibu
Nama : Meilan (disamarkan)
Agama :
Katolik
Pekerjaan
: PNS dan pengusaha
Alamat :
Kampungdalem (disamarkan)
Pendidikan : S1
e.
Keadaan sosial ekonomi
1)
Rumah : Milik sendiri
2)
Tingkat penghasilan : Rp 50.000.000 per bulan
D.
Gambaran Keunikan Kasus
a.
Penampilan fisik
Peserta didik mempunyai perawakan kurus dengan tinggi 160 cm dan berat badan 45 kg, warna kulit kuning langsat. Peserta didik berpakaian kurang rapi,
raut muka oval, dan warna rambut hitam. Dalam berkomunikasi peserta didik lebih
sering menggunakan bahasa jawa kasar
dan mandarin.
b.
Penampilan Psikis
Peserta didik termasuk anak yang ceria namun cuek dengan lingkungan sekitarnya. Peserta didik jarang memperhatikan pelajaran. Sering
merasa malas dan jenuh berada di dalam kelas.
BAB II
GEJALA
DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS
Seseorang
yang mempunyai masalah akan selalu menampakkan gejala-gejala tertentu, yang
akhirnya dapat diketahui apakah seseorang itu sedang bermasalah atau tidak.
Gejala-gejala itu nampak pada pola perilaku peserta didik dan
prestasi belajar yang diraihnya.
A.
Gejala yang Tampak
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dapat diperoleh data sementara bahwa peserta didik bernama Stevany (fiktif)
mempunyai masalah yang berhubungan kurangnya perhatian dari orangtuanya.
Gejala-gejala yang menunjukkan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Gejala fisik
·
Peserta
didik sering membolos sekolah.
·
Peserta
didik sering mengikuti balapan liar.
·
Peserta
didik menggunakan uang SPP untuk memodifikasi motor dan taruhan.
b.
Gejala psikis
·
Peserta
didik tidak dapat membagi waktu belajar dengan
baik.
·
Peserta
didik mudah terpancing emosinya.
·
Peserta
didik mudah jenuh ketika
belajar.
c.
Gejala sosial
·
Peserta
didik terlihat akrab dengan teman tertentu (anggota geng motor).
·
Peserta
didik tergolong siswa yang ceria.
·
Peserta didik
terkesan cuek dengan lingkungan sekitarnya.
d.
Nilai akademik
·
Prestasi
peserta didik menurun
B.
Alasan Pemilihan Kasus
Berdasarkan
gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, maka dipilih Stevany (fiktif) sebagai objek. Layanan bimbingan perlu diberikan pada Stevany (fiktif). Jika peserta
didik tidak segera diberi
bantuan dalam mengatasi masalahnya, dikhawatirkan peserta didik tidak mampu mengikuti pelajaran yang lebih sulit
lagi sehingga peserta didik semakin tertinggal pelajaran, akibatnya
nilai yang diperoleh semakin rendah dan bisa tidak lulus ujuan nasional.
Pemberian
layanan bimbingan ini akan dapat membantu peserta didik mengatasi perilakunya
dan menemukan cara menghentikan perilaku peserta didik, sehingga peserta didik dapat memperbaiki cara belajarnya dan dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajarnya.
C. Ancangan Studi Kasus.
Ancangan
yang digunakan oleh pendidik dalam menangai masalah peserta didik adalah ancangan klinis. Ancangan Trait And Factor dikenal sebagai
ancangan Rasional, dengan demikian termasuk dalam ancangan kognitif, tokoh
utamanya adalah Edmund G. Williamson. Adapun sistematika ancangan tersebut ada
enam tahap analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment dan follow up.
Keenam langkah tersebut merupakan tahap yang jelas dan logis yang menggambarkan langkah-langkah yang lazim digunakan dalam ilmu pengetahuan.
Tahap
tersebut dapat digunakan secara fleksibel, hal ini terjadi karena dalam konseling dimungkinkan untuk kembali pada tahap awal (setelah mencapai tahap
akhir), apabila tahap yang terdahulu dianggap belum sempurna dan masih terdapat
kekurangan.
Pada
tahap pertama dan keempat dalam Trait And
Factor dapat digunakan di luar sesi konseling, tanpa tatap
muka dengan peserta didik. Misalnya mempelajari catatan-catatan
kumulatif siswa dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
berdasarkan pada data yang ada. Setelah itu baru diadakan pertemuan dengan peserta didik dalam situasi konseling dengan
sasaran utamanya adalah pemecahan masalah.
BAB III
PROSEDUR
DAN METODE PEMECAHAN MASALAH
Untuk mendapatkan data tentang kasus yang bersifat integratif dan
komprehensif perlu menggunakan berbagai jenis teknik pengumpulan data.
Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau gambaran jelas
tentang diri peserta didik dan masalahnya secara utuh. Kelengkapan data yang diperoleh, sangat
penting artinya untuk merencanakan pemberian bantuan kepada peserta didik.
Sesuai dengan ancangan studi
kasus yang telah dipilih sebelumnya, proses penyelidikan kasus dilaksanakan
dengan sistematis, intensif, dan komprehensif melalui tahap analisis, sintesis,
diagnosis, prognosis, treatment, dan
tahap tindak lanjut.
A.
Analisis Data
Tahap analisis
data merupakan langkah pengumpulan informasi tentang diri peserta didik beserta
latar belakanganya. Informasi atau data yang dikumpulkan mencakup segala aspek
kepribadian peserta didik sejauh dapat dijangkau, seperti kemampuan, minat, motivasi,
kesehatan fisik, dan karakteristik lainnya. Tujuan dari tahap analisis yaitu
untuk mengetahui secara mendalam dan luas tentang masalah yang dihadapi oleh peserta didik serta untuk memberikan bantuan
yang tepat pada peserta didik.
Pada tahap analisis data dikumpulkan secara mendalam dan disajikan
dalam bentuk yang terorganisir. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data. Berikut ini ada beberapa alat pengumpul data
non tes yang digunakan untuk mengumpulkan data kasus.
1.
Wawancara
Wawancara merupakan
teknik atau alat pengumpul data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara lisan baik langsung maupun tidak langsung yang terarah pada tujuan
tertentu terhadap responden yang dituju.
2.
Observasi
Observasi atau pengamatan
adalah teknik perekaman data/keterangan/informasi tentang diri seseorang yang
dilakukan secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang
sedang berlangsung, sehingga diperoleh data tingkah laku seseorang yang tampak,
apa yang dikatakan, dan apa yang diperbuatnya. Pengumpulan data melalui
observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap
subyek yang diamati.
3.
Kunjungan
rumah
Merupakan
kegiatan yang dilaksanakan untuk memperoleh data tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari
di rumah, kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik di rumah, hubungan
antara orangtua peserta didik dengan peserta didik, serta hubungan peserta
didik dengan saudaranya. Dengan melakukan kegiatan kunjungan rumah ini maka
dapat digunakan untuk melengkapi data yang sudah ada dan dari data tersebut
penidik harus memiliki keterampilan untuk menginterpretasikan data yang telah
diperoleh dari kunjungan rumah dengan data yang sudah diperoleh sebelumnya.
4.
Studi
Dokumenter
Studi dokumenter merupakan kegiatan yang
dilaksanakan untuk memperoleh informasi dengan cara mempelajari data-data yang
berkaitan dengan subyek yang diteliti.
Data-data hasil
pengumpulan data non-tes diperoleh data sebagai berikut:
a.
Peserta didik sering membolos sekolah.
b.
Peserta didik sering telat bayar spp.
c.
Pulang sekolah peserta didik tidak
langsung pulang ke rumah.
d.
Peserta didik sering terlihat melamun di dalam kelas saat pelajaran.
e.
Sering mengantuk dan kurang
bersemangat di kelas.
f.
Sering
menyontek ketika ujian.
g.
Peserta didik jarang belajar meski ada ujian.
h.
Peserta didik tidak punya jadwal belajar.
i.
Peserta didik tidak pernah mengemukakan pendapat.
j.
Peserta didik sering keluar malam dengan teman-teman
geng motonya.
k.
Nilai rapor peserta didik yang menurun.
B. Sintesis
Sintesis adalah usaha untuk merangkum,
menggolong-golongkan, dan menghubung-hubungkan data yang telah terkumpul pada
tahap analisis yang telah disusun rapi sehingga menunjukkan keseluruhan
gambaran tentang diri peserta didik. Dari sintesis ini akan diperoleh pemahaman
secara keseluruhan tentang siapa diri peserta didik sebenarnya, serta
gambaran masalah apa yang dihadapi peserta
didik.
Berdasarkan
data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa peserta didik mengalami masalah
salah pergaulan. Peserta didik malas belajar, sering
membolos, kurang bersemangat mengikuti pelajaran, mengantuk dan bosan pada saat belajar.
C. Diagnosis
Diagnosis merupakan suatu tahapan untuk mencoba
menemukan penyebab timbulnya masalah yang dihadapi peserta didik. Berdasarkan data yang telah didapat,
penyebab timbulnya masalah peserta
didik sebagai
berikut:
a. Faktor yang berasal dari dalam
diri klien
·
Peserta didik kurang bersemangat
mengikuti pelajaran.
·
Peserta didik selalu memikirkan balapan
dan taruhan saat proses pembelajaran.
·
Peserta didik malas belajar.
b. Faktor yang berasal dari luar
diri klien
·
Peserta didik bergaul dengan
teman-teman geng motor.
·
Peserta didik kurang mendapat perhatian dari orangtua.
D.
Prognosis
Prognosis merupakan suatu
tahap untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila
permasalahan yang dihadapi peserta
didik tidak segera mendapat bantuan.
Apabila masalah yang
dihadapi peserta didik tidak segera diatasi, maka kemungkinan yang dapat
terjadi adalah:
·
Peserta didik bisa tertangkap polisi jika terus mengikuti balap liar.
·
Peserta didik akan ketinggalan pelajaran.
·
Peserta didik bisa tidak lulus UAN.
·
Prestasi
belajar peserta didik akan semakin menurun.
Apabila masalah yang
dihadapi peserta didik dapat segera diatasi, maka kemungkinan yang akan
terjadi adalah:
·
Peserta didik dapat menggunakan waktu secara baik
dan teratur untuk menghadapi UAN.
·
Peserta didik tidak akan ketinggalan pelajaran.
·
Prestasi
belajar peserta didik akan meningkat.
·
Peserta didik dapat menyadari resiko balap liar.
·
Peserta didik dapat membanggakan orangtuanya.
BAB IV
USAHA
BANTUAN
Tahap ini merupakan inti studi kasus.
Tahap ini merupakan pengupayaan bantuan terhadap permasalahan peserta didik . Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah sehingga dapat bertingkah
laku adaptif. Langkah pemberian bantuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik adalah:
A.
Usaha yang Direncanakan
1. Layanan Konseling Individu
Merupakan
salah satu layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang tujuannya adalah untuk
membantu peserta didik yang bermasalah agar dapat menyelesaikan
masalahnya, sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal. Pada
tahap layanan konseling individu ini praktikan menggunakan
pendekatan Behavioral dengan menggunakan teknik behavioral contract. Alasan pemilihan pendekatan ini karena permasalahan
yang terjadi pada peserta didik adalah permasalahan tingkah laku. Tujuan
dari pelaksanaan konseling adalah untuk membantu peserta didik memahami diri, merencanakan alternatif, pilihan,
mengambil keputusan dan melaksanakannya untuk mengubah tingkah lakunya, sehingga mendapatkan kesejahteraan hidup.
2. Pemberian informasi bahaya balap liar.
Pemberian
informasi ini dilakukan melalui bimbingan klasikal yaitu pemutaran film tentang
bahaya balap liar. Apabila peserta
didik mendapatkan
informasi bahaya balap liar dapat dipastikan peserta didik akan berfikir kembali untuk ikut balap
liar. Dan peserta didik juga akan memikirkan tugas-tugasnya
sebagai pelajar yang sebentar lagi menghadapi ujian nasional dan tuntutan untuk
lulus sekolah.
3.
Pemberian motivasi dan
reinforcement
Motivasi
diberikan untuk menumbuhkan dorongan dari dalam diri peserta didik sendiri agar mau merubah perilakunya yang merugikan diri
sendiri juga orang lain, juga tentang cita-cita dan masa depan peserta didik, serta memberikan semangat kepada peserta didik melalui reward. Memberikan dorongan bahwa peserta didik sebenarnya mampu jika berusaha dengan sungguh-sungguh. Pemberian reinforcement dapat berupa pujian, hadiah, atau acungan
jempol jika menunjukan peningkatan perilaku
positifnya atau prestasinya.
4.
Ventilasi
Pendidik mengajak peserta didik unuk berdiskusi.
Peserta didik diajak mengeluarkan isi hatinya, apa yang membuatnya terhambat.
Kemudian pendidik mengajak pesera didik mengkoreksi semua kejadian yang telah
terjadi, apa yang telah tepat dan apa yang perlu diperbaiki.
5.
Reasurance
Pendidik
menjamin kepada peserta didik bahwa jika peserta didik mau mengiukuti segala
kegiatan dengan baik terkait penanganan hambatannya, ia akan menjadi orang yang
jauh lebih baik.
B. Usaha tindak lanjut
Setelah memberikan beberapa
bantuan pada peserta didik, praktikan melakukan usaha tindak lanjut yang berisikan kegiatan
lanjutan dari usaha yang telah diberikan. Hal ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui
efektifitas bantuan yang diberikannya pada peserta didik. Usaha
tindak lanjut ini yang dilakukan adalah
observasi. Praktikan mengamati berbagai perubahan yang dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan masalah yang dihadapinya yaitu perubahan
pola belajar. Selain itu, usaha tindak lanjut ini juga dilakukan melalui
wawancara. Dengan melakukan wawancara praktikan dapat mengetahui efektifitas
bantuan yang diberikan pada peserta
didik. Dari wawancara yang
diberikan oleh praktikan kepada peserta
didik dapat diketahui
tentang hasil yang telah dicapai.
BAB V
ANALISIS DAN BANTUAN
A.
Analisis
Studi kasus merupakan suatu metode
untuk menyelidiki atau mempelajari individu secara intensif, integratif, dan
komprehensif dengan tujuan untuk membantu individu mencapai penyesuaian diri
yang lebih baik.
Adapun
tujuan studi kasus ini antara lain:
1. Untuk mengenal keadaan individu yang
bermasalah
2.
Untuk mengadakan interpretasi
dan diagnosa tentang tingkahlaku individu sesuai dengan masalahnya
3. Memberikan bantuan untuk menentukan jalan
keluar dari masalah yang dihadapi individu
Berdasarkan
tujuan studi kasus tersebut, praktikan mengumpulkan dan mempelajari data-data
mengenai peserta didik secara lengkap, bersifat rahasia,
dikerjakan terus-menerus. Dalam studi kasus ini, peserta didik menghadapi masalah yang berkaitan dengan perilaku
membolosnya, dan malas untuk belajar dengan alasan bosan. Masalah-masalah
inilah yang mempengaruhi peserta
didik dalam kegiatan
belajarnya. Bantuan-bantuan yang direncanakan dalam usaha membantu peserta didik antara lain; konseling individu,
pemberian informasi bahaya balap liar, dan pemberian motivasi dan reinforcement.
B. Bahasan
Secara umum, tujuan yang diinginkan dari studi kasus
ini telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa studi kasus merupakan
suatu metode untuk menyelidiki dan mempelajari individu secara intensif,
integratif dan komprehensif dengan tujuan membantu individu untuk mencapai
penyesuaian diri yang lebih baik (Hayinah, 1991/1992 : 107). Dalam studi kasus ini praktikan
menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data peserta didik. Data yang terkumpul di interpretasi dan dipilah-pilah disesuaikan dengan
masalah peserta didik.
Pada
tahap analisis data yang terkumpul dari peserta didik meliputi data ekonomi, keadaan keluarga,
data tentang raport peserta didik. Semua data tersebut diperoleh praktikan
dari berbagai cara yaitu dengan melalui observasi dan wawancara.
Pada tahap sintesis praktikan dapat menyimpulkan
bahwa saat ini peserta didik mengalami masalah sering membolos dan ikut balap liar.
Pada tahap diagnosis faktor-faktor penyebab
timbulnya masalah adalah peserta
didik kurang bersemangat
mengikuti pelajaran, peserta didik selalu memikirkan balapan dan taruhan saat proses pembelajaran, peserta didik malas belajar, peserta didik bergaul dengan teman-teman anggota geng
motor, peserta didik kurang mendapat perhatian dan nasihat dari orangtua.
Pada
tahap prognosis praktikan mencoba memprediksi kemungkinan yang akan dihadapi peserta didik jika masalahnya terpecahkan dan tidak
terpecahkan. Peserta didik diharapkan dapat merubah kebiasaan membolosnya,
berhenti mengikuti balap liar, dan berhenti taruhan.
Pada tahap treatment usaha bantuan
yang terlaksana oleh praktikan adalah memberikan layanan konseling individual pada peserta didik, memberikan informasi mengenai bahaya
balap liar, memotivasi belajar peserta
didik.
Pada
tahap follow up praktikan melakukannya dengan cara observasi dan wawancara
dengan peserta didik untuk mengetahui efektifitas bantuan yang
diberikan. Selanjutnya dilakukan usaha pemeliharaan dan
pengembangan dimaksudkan agar sikap-sikap positif peserta didik yang sudah terbentuk nanti tetap
terpelihara dan mengalami peningkatan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam melaksanakan studi kasus langkah
yang ditempuh adalah mencari data dan menentukan identifikasi kasus dan
gejala-gejala yang tampak. Setelah itu melaksanakan tahap-tahap yang telah
ditentukan.
Hasil
yang diperoleh praktikan dengan cara observasi dan konseling, bahwa peserta didik mempunyai masalah yang berhubungan dengan
masalah belajar yaitu kesulitan belajar. Keputusan yang diambil adalah
meningkatkan cara belajar dan berhenti balap liar serta memotivasi peserta didik agar prestasi peserta didik naik dan
menjadi lebih baik.
B.
Saran
1. Orang tua
Senantiasa memperhatikan dan memantau
perkembangan perilaku anak di rumah maupun di sekolah.
- Guru
Hendaknya lebih memperhatikan peserta didik, serta secara aktif dalam memberikan tugas-tugas
sekolah maupun di rumah demi kemajuan prestasi belajar dan konsistensi tingkah
laku adaptif peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Hayyinah. 1992/1993. Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: IKIP Proyek OPF.
Hidayah, N. 1990. Teknik pemahaman Individu Non Tes. Malang: Proyek OPF.
Munandir. 1979. Kode Etik Jabatan
Konselor. Malang: PPB FIB IKIP Malang.
Widada. 1990. Layanan Bimbingan Dan Konselor di Sekolah.
Malang: Proyek OPF IKIP Malang.
Terima kasih atas tulisannya. Sangat membantu. :)
BalasHapus