Selasa, 18 Desember 2012

CONTOH STUDI KASUS BIMBINGAN DAN KONSELING




STUDI KASUS



LAPORAN
Untuk memenuhi tugas matakuliah Perkembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Ibu Elia Flurentin



Oleh:
Galuh Ginanjar Astuti
NIM 120141411495





Description: um







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Desember 2012
 



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Rasional
    Kehidupan yang dijalani seorang manusia tidak selalu lancar. Dalam perjalanannya seringkali ada hambatan-hambatan berupa masalah kehidupan baik yang mudah maupun yang sulit. Tingkat kesulitan masalah yang dihadapi manusia tentu berbeda bagi setiap individu, karena pada dasarnya manusia memang diciptakan unik. Perbedaan itu meliputi jenisnya, kadarnya maupun lama atau tidaknya masalah dialami oleh setiap individu.
Ada masalah tentunya ada cara untuk menyelesaikannya. Penyelesaian masalah bagi tiap individu pun tidak selalu sama antara yang satu dengan yang lain. Adakalanya, penyelesaian masalah itu bisa dilakukan sendirian, namun adakalanya pula penyelesaian masalah itu harus menggunakan bantuan orang atau pihak lain.
Apalagi jika masalah yang dihadapi bukanlah masalah tunggal, melainkan masalah-masalah yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Untuk masalah dengan kriteria ‘berat’, artinya masalah tersebut cukup kompleks, perlu dilakukan langkah-langkah khusus untuk penyelesaiannya. Sehubungan dengan hal tersebut, pendidik memiliki trik khusus untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah seperti tersebut di atas, yaitu dengan menggunakan metode studi kasus.
Menurut Winkel (1981), studi kasus adalah metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan peserta didik secara lebih mendalam dengan tujuan terpecahkannya masalah peserta didik. Studi kasus merupakan metode mengumpulkan data peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh berarti data peserta didik yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu dari mulai keluarga, lingkungan sekitar rumah, sekolah dan sebagainya. Terpadu berarti menggunakan berbagai pendekatan dan instrumen dalam mengumpulkan data peserta didik baik secara tes maupun non tes. Adapun tujuan dari studi kasus adalah:
1.      Mengenal keadaan pribadi individu dengan segala keunikannya.
2.      Mengadakan interpretasi dan diagnosis tingkah laku individu sesuai dengan kasusnya.
3.      Membantu menentukan masalah yang dihadapi individu.
4.      Memperoleh gambaran tentang diri peserta didik secara menyeluruh.
Selain dari beberapa tujuan di atas, terdapat tujuan lain, yaitu membantu pendidik dalam melaksanakan tugas, dan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi peserta didik. Disamping tujuan ada alasan diadakannya studi kasus, adalah:
1.      Mendorong sekolah untuk mengadakan evaluasi.
2.      Dapat menyumbangkan penyelidikan latar belakang individu.
3.      Menekankan pendekatan yang teliti dalam memahami individu.
4.      Berguna untuk memecahkan masalah yang sulit dan kompleks.

B.     Konfidensialitas
               Semua data yang berkaitan dengan peserta didik dijamin kerahasiaannya. Sehingga studi kasus ini bersifat rahasia. Sesuai dengan kode etik konselor bahwa dilarang membuka data peserta didik ( konseli ) untuk umum. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk menjaga rahasia klien. Hal ini sesuai dengan kode etik jabatan konselor Bab III hal penyimpangan dan penggunaan informasi yaitu butir 1.1 dan 1.4 yang berbunyi:
1.1  “Catatan tentang diri konseli yang meliputi data hasil wawancara tentang surat-menyurat, perekaman data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor, asalkan identitas peserta didik dirahasiakan”.
1.2  “ Adalah kewajiban konselor untuk memegang rahasia konseli, kewajiban ini tetap berlaku walaupun dia tidak lagi menangani konseli atau tidak lagi berdinas sebagai konselor”.
               Berdasarkan pernyataan di atas maka identitas peserta didik dalam studi kasus ini dirahasiakan dengan menggunakan nama samaran (fiktif). Dengan demikian, apabila laporan studi kasus ini dibaca oleh pihak lain, maka kerahasiaan peserta didik akan tetap terjaga.
C.    Identitas Kasus
         a.          Proses menemukan kasus
Peserta didik merupakan siswa kelas XII IPS di SMA Katolik. Pemilihan kasus ini didasarkan pada hasil wawancara kepada salah seorang teman peserta didik di SMA Katolik yang menyatakan bahwa peserta didik ini sering membolos, dan mengikuti balapan liar. Penulis selanjutnya tertarik untuk menjadikan bahasan tersebut sebagai studi kasus.
b.        Identitas Peserta Didik
                         a.       Data pribadi
Nama                                          : Stevany (disamarkan)
Nama panggilan                          : Vany (disamarkan)
Jenis kelamin                               : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir                 : Tulungagung, 1 Mei 1995 (disamarkan)
Agama                                        : Katolik
Suku bangsa                                : Indonesia
Kewarganegaraan                       : Indonesia
Anak ke-                                     : 3 dari 3 bersaudara
Bahasa sehari-hari                       : Jawa, indonesia dan mandarin
Hobby                                         : Memodifikasi motor
Alamat                                        : Kampungdalem (disamarkan)
Sekolah                                       : SMA Katolik
                       b.        Keadaan jasmani
Tinggi badan                               : 160 cm
Berat badan                                : 45 kg
Warna kulit                                 : Kuning Langsat
Warna rambut                             : Hitam
Bentuk wajah                              : Oval
c.   Keadaan kesehatan
Penglihatan                                 : Normal
Pendengaran                               : Normal
Pembicaraan                                : Normal



d.  Keadaan keluarga
1).  Ayah
Nama                                          : Ahong (disamarkan)
Agama                                        : Islam
Pekerjaan                                    : Pengusaha
Alamat                                        : Kampungdalem (disamarkan)
Pendidikan                                  : S2
2).      Ibu
Nama                                          : Meilan (disamarkan)
Agama                                        : Katolik
Pekerjaan                                    : PNS dan pengusaha
Alamat                                        : Kampungdalem (disamarkan)
Pendidikan                                  : S1
e.        Keadaan sosial ekonomi
1)         Rumah                               : Milik sendiri
2)        Tingkat penghasilan           : Rp 50.000.000 per bulan

D.      Gambaran Keunikan Kasus
a.       Penampilan fisik
Peserta didik mempunyai perawakan kurus dengan tinggi 160 cm dan berat badan 45 kg, warna kulit kuning langsat. Peserta didik berpakaian kurang rapi, raut muka oval, dan warna rambut hitam. Dalam berkomunikasi peserta didik lebih sering menggunakan bahasa jawa kasar dan mandarin.
b.      Penampilan Psikis
Peserta didik termasuk anak yang ceria namun cuek dengan lingkungan sekitarnya. Peserta didik jarang memperhatikan pelajaran. Sering merasa malas dan jenuh berada di dalam kelas.



BAB II
GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS

               Seseorang yang mempunyai masalah akan selalu menampakkan gejala-gejala tertentu, yang akhirnya dapat diketahui apakah seseorang itu sedang bermasalah atau tidak. Gejala-gejala itu nampak pada pola perilaku peserta didik dan prestasi belajar yang diraihnya.

A.    Gejala yang Tampak
               Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat diperoleh data sementara bahwa peserta didik bernama Stevany (fiktif) mempunyai masalah yang berhubungan kurangnya perhatian dari orangtuanya. Gejala-gejala yang menunjukkan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Gejala fisik
·         Peserta didik sering membolos sekolah.
·         Peserta didik sering mengikuti balapan liar.
·         Peserta didik menggunakan uang SPP untuk memodifikasi motor dan taruhan.
b.      Gejala psikis
·         Peserta didik tidak dapat membagi waktu belajar dengan baik.
·         Peserta didik mudah terpancing emosinya.
·         Peserta didik mudah jenuh ketika belajar.
c.       Gejala sosial
·         Peserta didik terlihat akrab dengan teman tertentu (anggota geng motor).
·         Peserta didik tergolong siswa yang ceria.
·         Peserta didik terkesan cuek dengan lingkungan sekitarnya.
d.      Nilai akademik
·         Prestasi peserta didik menurun

B.     Alasan Pemilihan Kasus
               Berdasarkan gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, maka dipilih Stevany (fiktif) sebagai objek. Layanan bimbingan perlu diberikan pada Stevany (fiktif). Jika peserta didik tidak segera diberi bantuan dalam mengatasi masalahnya, dikhawatirkan peserta didik tidak mampu mengikuti pelajaran yang lebih sulit lagi sehingga peserta didik semakin tertinggal pelajaran, akibatnya nilai yang diperoleh semakin rendah dan bisa tidak lulus ujuan nasional.
               Pemberian layanan bimbingan ini akan dapat membantu peserta didik mengatasi perilakunya dan menemukan cara menghentikan perilaku peserta didik, sehingga peserta didik dapat memperbaiki cara belajarnya dan dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajarnya.

C.    Ancangan Studi Kasus.
               Ancangan yang digunakan oleh pendidik dalam menangai masalah peserta didik adalah ancangan klinis. Ancangan Trait And Factor dikenal sebagai ancangan Rasional, dengan demikian termasuk dalam ancangan kognitif, tokoh utamanya adalah Edmund G. Williamson. Adapun sistematika ancangan tersebut ada enam tahap analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment dan follow up. Keenam langkah tersebut merupakan tahap yang jelas dan logis yang menggambarkan langkah-langkah yang lazim digunakan dalam ilmu pengetahuan.
               Tahap tersebut dapat digunakan secara fleksibel, hal ini terjadi karena dalam konseling dimungkinkan untuk kembali pada tahap awal (setelah mencapai tahap akhir), apabila tahap yang terdahulu dianggap belum sempurna dan masih terdapat kekurangan.
               Pada tahap pertama dan keempat dalam Trait And Factor dapat digunakan di luar sesi konseling, tanpa tatap muka dengan peserta didik. Misalnya mempelajari catatan-catatan kumulatif siswa dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan pada data yang ada. Setelah itu baru diadakan pertemuan dengan peserta didik dalam situasi konseling dengan sasaran utamanya adalah pemecahan masalah.








BAB III
PROSEDUR DAN METODE PEMECAHAN MASALAH

               Untuk mendapatkan data tentang kasus yang bersifat integratif dan komprehensif perlu menggunakan berbagai jenis teknik pengumpulan data. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau gambaran jelas tentang diri peserta didik dan masalahnya secara utuh. Kelengkapan data yang diperoleh, sangat penting artinya untuk merencanakan pemberian bantuan kepada peserta didik.
 Sesuai dengan ancangan studi kasus yang telah dipilih sebelumnya, proses penyelidikan kasus dilaksanakan dengan sistematis, intensif, dan komprehensif melalui tahap analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment, dan tahap tindak lanjut.

A.    Analisis Data
               Tahap analisis data merupakan langkah pengumpulan informasi tentang diri peserta didik beserta latar belakanganya. Informasi atau data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian peserta didik sejauh dapat dijangkau, seperti kemampuan, minat, motivasi, kesehatan fisik, dan karakteristik lainnya. Tujuan dari tahap analisis yaitu untuk mengetahui secara mendalam dan luas tentang masalah yang dihadapi oleh peserta didik serta untuk memberikan bantuan yang tepat pada peserta didik.
Pada tahap analisis data dikumpulkan secara mendalam dan disajikan dalam bentuk yang terorganisir. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Berikut ini ada beberapa alat pengumpul data non tes yang digunakan untuk mengumpulkan data kasus.
1.        Wawancara
      Wawancara merupakan teknik atau alat pengumpul data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung yang terarah pada tujuan tertentu terhadap responden yang dituju.


2.        Observasi
    Observasi atau pengamatan adalah teknik perekaman data/keterangan/informasi tentang diri seseorang yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, sehingga diperoleh data tingkah laku seseorang yang tampak, apa yang dikatakan, dan apa yang diperbuatnya. Pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap subyek yang diamati.
3.        Kunjungan rumah
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memperoleh data tentang aspek-aspek  yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari di rumah, kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik di rumah, hubungan antara orangtua peserta didik dengan peserta didik, serta hubungan peserta didik dengan saudaranya. Dengan melakukan kegiatan kunjungan rumah ini maka dapat digunakan untuk melengkapi data yang sudah ada dan dari data tersebut penidik harus memiliki keterampilan untuk menginterpretasikan data yang telah diperoleh dari kunjungan rumah dengan data yang sudah diperoleh sebelumnya.
4.        Studi Dokumenter
Studi dokumenter merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memperoleh informasi dengan cara mempelajari data-data yang berkaitan dengan subyek yang diteliti.
Data-data hasil pengumpulan data non-tes diperoleh data sebagai berikut:
a.       Peserta didik sering membolos sekolah.
b.      Peserta didik sering telat bayar spp.
c.       Pulang sekolah peserta didik tidak langsung pulang ke rumah.
d.      Peserta didik sering terlihat melamun di dalam kelas saat pelajaran.
e.       Sering mengantuk dan kurang bersemangat di kelas.
f.       Sering menyontek ketika ujian.
g.      Peserta didik jarang belajar meski ada ujian.
h.      Peserta didik tidak punya jadwal belajar.
i.        Peserta didik tidak pernah mengemukakan pendapat.
j.        Peserta didik sering keluar malam dengan teman-teman geng motonya.
k.      Nilai rapor peserta didik yang menurun.

B.     Sintesis
               Sintesis adalah usaha untuk merangkum, menggolong-golongkan, dan menghubung-hubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis yang telah disusun rapi sehingga menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri peserta didik. Dari sintesis ini akan diperoleh pemahaman secara keseluruhan tentang siapa diri peserta didik sebenarnya, serta gambaran masalah apa yang dihadapi peserta didik.
               Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa peserta didik mengalami masalah salah pergaulan. Peserta didik malas belajar, sering membolos, kurang bersemangat mengikuti pelajaran, mengantuk  dan bosan pada saat belajar.

C.    Diagnosis
               Diagnosis merupakan suatu tahapan untuk mencoba menemukan penyebab timbulnya masalah yang dihadapi peserta didik. Berdasarkan data yang telah didapat, penyebab timbulnya masalah peserta didik sebagai berikut:
a.       Faktor yang berasal dari dalam diri klien
·         Peserta didik kurang bersemangat mengikuti pelajaran.
·         Peserta didik selalu memikirkan balapan dan taruhan saat proses pembelajaran.
·         Peserta didik malas belajar.
b.      Faktor yang berasal dari luar diri klien
·         Peserta didik bergaul dengan teman-teman geng motor.
·         Peserta didik kurang mendapat perhatian dari orangtua.

D.    Prognosis
            Prognosis merupakan suatu tahap untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila permasalahan yang dihadapi peserta didik tidak segera mendapat bantuan.
            Apabila masalah yang dihadapi peserta didik tidak segera diatasi, maka kemungkinan yang dapat terjadi adalah:
·             Peserta didik bisa tertangkap polisi jika terus mengikuti balap liar.
·             Peserta didik akan ketinggalan pelajaran.
·             Peserta didik bisa tidak lulus UAN.
·             Prestasi belajar peserta didik akan semakin menurun.
            Apabila masalah yang dihadapi peserta didik dapat segera diatasi, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah:
·             Peserta didik dapat menggunakan waktu secara baik dan teratur untuk menghadapi UAN.
·             Peserta didik tidak akan ketinggalan pelajaran.
·             Prestasi belajar peserta didik akan meningkat.
·             Peserta didik dapat menyadari resiko balap liar.
·             Peserta didik dapat membanggakan orangtuanya.




















BAB IV
USAHA BANTUAN

               Tahap ini merupakan inti studi kasus. Tahap ini merupakan pengupayaan bantuan terhadap permasalahan peserta didik . Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah sehingga dapat bertingkah laku adaptif. Langkah pemberian bantuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik adalah:

A.    Usaha yang Direncanakan
1.      Layanan Konseling Individu
               Merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang tujuannya adalah untuk membantu peserta didik yang bermasalah agar dapat menyelesaikan masalahnya, sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal. Pada tahap layanan konseling individu ini praktikan menggunakan pendekatan Behavioral dengan menggunakan teknik behavioral contract. Alasan pemilihan pendekatan ini karena permasalahan yang terjadi pada peserta didik adalah permasalahan tingkah laku. Tujuan dari pelaksanaan konseling adalah untuk membantu peserta didik memahami diri, merencanakan alternatif, pilihan, mengambil keputusan dan melaksanakannya untuk mengubah tingkah lakunya, sehingga mendapatkan kesejahteraan hidup.         
2.      Pemberian informasi bahaya balap liar.
               Pemberian informasi ini dilakukan melalui bimbingan klasikal yaitu pemutaran film tentang bahaya balap liar. Apabila peserta didik mendapatkan informasi bahaya balap liar dapat dipastikan peserta didik akan berfikir kembali untuk ikut balap liar. Dan peserta didik juga akan memikirkan tugas-tugasnya sebagai pelajar yang sebentar lagi menghadapi ujian nasional dan tuntutan untuk lulus sekolah.
3.      Pemberian motivasi dan reinforcement
               Motivasi diberikan untuk menumbuhkan dorongan dari dalam diri peserta didik sendiri agar mau merubah perilakunya yang merugikan diri sendiri juga orang lain, juga tentang cita-cita dan masa depan peserta didik, serta memberikan semangat kepada peserta didik melalui reward. Memberikan dorongan bahwa peserta didik sebenarnya mampu jika berusaha dengan sungguh-sungguh. Pemberian reinforcement dapat berupa pujian, hadiah, atau acungan jempol jika  menunjukan peningkatan perilaku positifnya atau prestasinya.
4.        Ventilasi
               Pendidik mengajak peserta didik unuk berdiskusi. Peserta didik diajak mengeluarkan isi hatinya, apa yang membuatnya terhambat. Kemudian pendidik mengajak pesera didik mengkoreksi semua kejadian yang telah terjadi, apa yang telah tepat dan apa yang perlu diperbaiki.
5.      Reasurance
           Pendidik menjamin kepada peserta didik bahwa jika peserta didik mau mengiukuti segala kegiatan dengan baik terkait penanganan hambatannya, ia akan menjadi orang yang jauh lebih baik.

B.     Usaha tindak lanjut
               Setelah memberikan beberapa bantuan pada peserta didik, praktikan melakukan usaha tindak lanjut yang berisikan kegiatan lanjutan dari usaha yang telah diberikan. Hal ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui efektifitas bantuan yang diberikannya pada peserta didik. Usaha tindak lanjut ini yang dilakukan adalah  observasi. Praktikan mengamati berbagai perubahan yang dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan masalah yang dihadapinya yaitu perubahan pola belajar. Selain itu, usaha tindak lanjut ini juga dilakukan melalui wawancara. Dengan melakukan wawancara praktikan dapat mengetahui efektifitas bantuan yang diberikan pada peserta didik. Dari wawancara yang diberikan oleh praktikan kepada peserta didik dapat diketahui tentang hasil yang telah dicapai.





BAB V
ANALISIS DAN BANTUAN

A.    Analisis
               Studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari individu secara intensif, integratif, dan komprehensif dengan tujuan untuk membantu individu mencapai penyesuaian diri yang lebih baik.
               Adapun tujuan studi kasus ini antara lain:
1.      Untuk mengenal keadaan individu yang bermasalah
2.      Untuk mengadakan interpretasi dan diagnosa tentang tingkahlaku individu sesuai dengan masalahnya
3.      Memberikan bantuan untuk menentukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi individu
               Berdasarkan tujuan studi kasus tersebut, praktikan mengumpulkan dan mempelajari data-data mengenai peserta didik secara lengkap, bersifat rahasia, dikerjakan terus-menerus. Dalam studi kasus ini, peserta didik menghadapi masalah yang berkaitan dengan perilaku membolosnya, dan malas untuk belajar dengan alasan bosan. Masalah-masalah inilah yang mempengaruhi peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Bantuan-bantuan yang direncanakan dalam usaha membantu peserta didik antara lain; konseling individu, pemberian informasi bahaya balap liar, dan pemberian motivasi dan reinforcement.
B.     Bahasan
               Secara  umum, tujuan yang diinginkan dari studi kasus ini telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki dan mempelajari individu secara intensif, integratif dan komprehensif dengan tujuan membantu individu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Hayinah, 1991/1992 : 107). Dalam studi kasus ini praktikan menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data peserta didik. Data yang terkumpul di interpretasi dan dipilah-pilah disesuaikan dengan masalah peserta didik.
               Pada tahap analisis data yang terkumpul dari peserta didik meliputi data ekonomi, keadaan keluarga, data tentang raport peserta didik. Semua data tersebut diperoleh praktikan dari berbagai cara yaitu dengan melalui observasi dan wawancara.
Pada tahap sintesis praktikan dapat menyimpulkan bahwa saat ini peserta didik mengalami masalah sering membolos dan ikut balap liar.
Pada tahap diagnosis faktor-faktor penyebab timbulnya masalah adalah peserta didik kurang bersemangat mengikuti pelajaran, peserta didik selalu memikirkan balapan dan taruhan saat proses pembelajaran, peserta didik malas belajar, peserta didik bergaul dengan teman-teman anggota geng motor, peserta didik kurang mendapat perhatian dan nasihat dari orangtua.
               Pada tahap prognosis praktikan mencoba memprediksi kemungkinan yang akan dihadapi peserta didik jika masalahnya terpecahkan dan tidak terpecahkan. Peserta didik diharapkan dapat merubah kebiasaan membolosnya, berhenti mengikuti balap liar, dan berhenti taruhan.
               Pada tahap treatment usaha bantuan yang terlaksana oleh praktikan adalah memberikan layanan konseling individual pada peserta didik, memberikan informasi mengenai bahaya balap liar, memotivasi belajar peserta didik.
               Pada tahap follow up praktikan melakukannya dengan cara observasi dan wawancara dengan peserta didik untuk mengetahui efektifitas bantuan yang diberikan. Selanjutnya dilakukan usaha pemeliharaan dan pengembangan dimaksudkan agar sikap-sikap positif peserta didik yang sudah terbentuk nanti tetap terpelihara dan mengalami peningkatan.











BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
               Dalam melaksanakan studi kasus langkah yang ditempuh adalah mencari data dan menentukan identifikasi kasus dan gejala-gejala yang tampak. Setelah itu melaksanakan tahap-tahap yang telah ditentukan.
               Hasil yang diperoleh praktikan dengan cara observasi dan konseling, bahwa peserta didik mempunyai masalah yang berhubungan dengan masalah belajar yaitu kesulitan belajar. Keputusan yang diambil adalah meningkatkan cara belajar dan berhenti balap liar serta memotivasi peserta didik agar prestasi peserta didik naik dan menjadi lebih baik.

B.     Saran
1.      Orang tua
   Senantiasa memperhatikan dan memantau perkembangan perilaku anak di rumah maupun di sekolah.
  1. Guru
            Hendaknya lebih memperhatikan peserta didik, serta secara aktif dalam memberikan tugas-tugas sekolah maupun di rumah demi kemajuan prestasi belajar dan konsistensi tingkah laku adaptif peserta didik.












DAFTAR PUSTAKA
Hayyinah. 1992/1993. Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: IKIP Proyek OPF.
Hidayah, N. 1990. Teknik pemahaman Individu Non Tes. Malang: Proyek OPF.
Munandir. 1979. Kode Etik Jabatan Konselor. Malang: PPB FIB IKIP Malang.
Widada. 1990. Layanan Bimbingan Dan Konselor di Sekolah. Malang: Proyek OPF IKIP Malang.











1 komentar:

  1. Syukur Selamat Harefa12 Mei 2015 pukul 04.16

    Terima kasih atas tulisannya. Sangat membantu. :)

    BalasHapus